Sulawesinetwork.com - The Will to Power adalah konsep Nietzsche yang menggambarkan dorongan mendasar dalam kehidupan untuk bertumbuh, menguasai, dan melampaui diri sendiri. Konsep ini melampaui sekedar keinginan untuk bertahan hidup dan mencakup dorongan kreatif serta transformatif dalam kehidupan.
Melalui "The Will to Power" kita menantang pandangan tradisional tentang moralitas, kehidupan, dan eksistensi manusia, serta mengajak setiap individu untuk menciptakan makna dan nilai dalam hidupnya sendiri.
Peralihan ketua umum merupakan momen krusial dalam sebuah organisasi yang mencerminkan dinamika internal, kebersamaan, dan visi progres ke depan. Proses ini sering kali menjadi peluang bagi organisasi untuk menguatkan kembali hubungan antar anggota sekaligus memperkuat pondasi struktur pengurus.
Baca Juga: Pemprov Rapel DBH di 20 Daerah
Baca Juga: Pengumuman Resmi Kemenpan RB, ini Syarat PPPK Paruh Waktu
Bagi kader Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI, pemilihan ketua umum tidak hanya menjadi ajang demokrasi, tetapi juga pendidikan politik dan strategi rekonsiliasi yang bertujuan menyatukan visi seluruh Kader.
Bagi Cak Nur pergantian ketua dalam HMI adalah bagian dari implementasi nilai-nilai demokrasi, musyawarah, dan etika Islam. Proses ini harus dijalankan secara terbuka, adil, dan menjunjung tinggi prinsip kebersamaan.
Ketua umum yang terpilih memiliki tanggung jawab besar sebagai pelayan peradaban, yang bertugas memperkuat solidaritas, mengutamakan keadilan, dan menjalankan amanah dengan baik.
Baca Juga: Dikelilingi Pohon Tua dan Besar, Permandian Eremerasa Rawan untuk Wisatawan
Baca Juga: Sudah Resmi Turun, Biaya Haji Akan Kembali Diturunkan karena Dukungan Arab Saudi
Dengan demikian organisasi tidak hanya akan mendapatkan pemimpin yang kompeten dan kapabilitas yang memumpuni, tetapi juga memperkokoh persatuan sebagai penjaga gerbang keindonesiaan dan semangat kolektif dakwah cinta syair keislaman untuk mencapai misi kenabian.
Dalam organisasi yang mengalami konflik hasrat berkuasa, pemilihan ketua umum menjadi sarana rekonsiliasi. Cak Nur menekankan bahwa proses pemilihan yang dilandasi nilai-nilai musyawarah, keadilan, dan kesetaraan dapat memperkuat solidaritas anggota dan memperbaiki hubungan yang renggang.
Pemilihan yang jujur dan terbuka mencerminkan kepercayaan dan semangat kebersamaan dalam organisasi. Dengan demikian, pemimpin yang terpilih diharapkan dapat menjadi simbol persatuan, bukan perpecahan.
Baca Juga: Prabowo-Megawati Bakal Bertemu, PDIP Gabung Koalisi?