Sulawesinetwork.com - Ketika kalender menunjukkan tanggal 1 Mei, Indonesia turut serta dalam pusaran peringatan Hari Buruh Internasional.
Namun, tahukah Anda bahwa jejak perayaan ini di Tanah Air memiliki sejarah yang unik dan berliku, jauh sebelum ditetapkan sebagai hari libur nasional?
Napas perjuangan buruh di Indonesia ternyata telah berembus jauh sebelum kemerdekaan.
Baca Juga: Menkes Budi Ungkap Fakta Pahit Pendidikan Dokter Spesialis: Hanya untuk 'Anak Orang Kaya'
Tepatnya pada 1 Mei 1918, di Surabaya, serikat buruh bernama Kung Tang Hwee Koan untuk pertama kalinya menggelorakan semangat Hari Buruh.
Sebuah awal yang sederhana namun menandai kesadaran akan pentingnya hak-hak pekerja di bumi pertiwi.
Seiring berjalannya waktu, gaung Hari Buruh semakin kuat. Pada tahun 1948, sebuah tonggak sejarah tercipta dengan lahirnya UU Nomor 12 Tahun 1948.
Baca Juga: GBK di Bawah Danantara, Rosan Roeslani: PR Besar Menanti, Jadikan Ikon Baru Indonesia
Undang-undang ini secara tegas melarang para buruh untuk bekerja setiap tanggal 1 Mei, sebuah pengakuan awal akan pentingnya hari tersebut bagi kaum pekerja.
Namun, dinamika politik dan sejarah Indonesia mencatat babak yang berbeda di era Presiden Soeharto. Peringatan Hari Buruh sempat terbungkam, dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional pasca tragedi G30S/PKI tahun 1965.
Aksi-aksi buruh yang lantang menyuarakan tuntutan hak dikaitkan dengan ideologi komunis, dan larangan protes serta mogok kerja pun mengikat melalui Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No.4 Tahun 1990.
Baca Juga: Kapolres Bulukumba Awasi Langsung Latihan Dalmas: Ini Pelayanan, Utamakan Sikap Humanis
Gelombang Reformasi membawa angin segar bagi kebebasan berekspresi dan berserikat.
Peringatan Hari Buruh kembali menemukan ruangnya di Indonesia. Semangat perjuangan yang sempat terpendam kembali membara, dan tuntutan akan pengakuan yang lebih besar pun menguat.