Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu.
Mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur.
Namun, pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon, sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten. Hari jadi Bulukumba ditetapkan pada 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994
2. Bumi Panrita Lopi
Bulukumba terkenal sebagai daerah bermukim ahli pembuat kapal tradisional pinisi sehingga digelari Bumi Panrita Lopi.
Dalam bahasa setempat, Panrita berarti ahli atau pengrajin, sedangkan Lopi artinya kapal, sehingga secara sederhana Panrita Lopi bermakna ahli pembuat kapal.
Layar perahu pinisi berjumlah tujuh buah yang melambangkan jumlah kecamatan di Bulukumba.
Namun kini, Bulukumba telah dimekarkan menjadi 10 kecamatan.
Teknologi pembuatan kapal pinisi di Bulukumba telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia. Pinisi yang dibuat di daerah ini sudah mengarungi lautan dunia.
Contohnya pinisi Nusantara yang dilayarkan dan berhasil mengarungi Samudera Pasifik sampai ke Vancouver, Kanada.
3.Adat Istiadat Masyarakat Bulukumba