info-sulawesi

STQH Nasional XXVIII 2025 di Sultra: Tonggak Baru Ekoteologi dan Tantangan Lingkungan Hidup di Tengah Dominasi Nikel

Senin, 20 Oktober 2025 | 20:22 WIB
Mendekap Bumi Melalui Ekoteologi

Sulawesinetwork.com - Perhelatan akbar Islami yaitu STQH Nasional XXVIII yang berlangsung dari tanggal 9-19 Oktober 2025 baru saja berakhir. Bertemakan Syiar Al-Qur’an dan Hadis, Merawat Kerukunan dan Melestarikan Lingkungan, STQH seperti memberikan suatu harapan baru buat dampak positif dan pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup dan implementasi prinsip-prinsip hidup berkelanjutan, di provinsi yang terkenal dengan pertambangan nikelnya ini.

Seperti memberikan sinyal bahwa sektor lingkungan hidup semakin menjadi program prioritas, Gubernur Sulawesi Tenggara, Andi Sumangerukka, pada saat upacara penutupan STQH Nasional XXVIII mengatakan, “Jadi kita sudah tahu di dalam agama Islam sudah memperingatkan kita mengenai pentingnya lingkungan hidup, karenanya kita ingin menyiarkan hal ini ke masyarakat. Ke depannya kita akan melakukan revitalisasi, tempat-tempat yang memiliki dampak ekonomi.”

Baca Juga: A Azzaza Amnan Afifah: Duta Pariwisata Remaja Inspirasi Nasional 2025 dari Bulukumba yang Menyuarakan Pariwisata Berkelanjutan

Menciptakan dampak positif bagi lingkungan hidup serta menerapkan prinsip hidup berkelanjutan, tidaklah harus dimulai dari hal-hal besar. Namun, justru dari hal-hal kecil dalam keseharian, bisa menciptakan dampak positif signifikan bagi lingkungan hidup.

“Menerapkan hal-hal kecil hidup berkelanjutan bisa dilakukan dalam keseharian. Misalnya dengan tidak melakukan fast fashion atau membuang pakaian yang 80% masih layak pakai hanya karena perubahan tren fesyen. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti ini untuk perlahan menciptakan dampak positif bagi lingkungan hidup yang lebih besar,” ucap Amanda Katili, Director The Climate Reality Project Indonesia sekaligus pengarang buku Dalam Dekapan Zaman Memoar Pegiat Harmoni Bumi dalam program siniar terbarunya Light Vibes from Amanda di Youtube, dalam kesempatan terpisah.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Yakin Ekonomi Pulih Lebih Cepat, Gen Z Justru Masih Terjebak di Lingkar Pengangguran

Dikenal sebagai salah satu provinsi penghasil nikel terbesar di dunia, tentunya konsistensidalam menerapkan prinsip hidup berkelanjutan baik dalam keseharian maupun dalam pergerakan roda perekonomian, merupakan suatu tantangan baru bagi Sulawesi Tenggara. 

Masih adanya mafia pertambangan, juga semakin menyulitkan penerapan prinsip hidup berkelanjutan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau juga dikenal dengan sebutan Sustainable Development Goals (SDG) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Menurut data dari kementerian ESDM, saat ini luas lahan pertambangan di Sulawesi Tenggara mencapai 198.624,66 hektare, menjadikannya daerah penghasil nikel terluas di Indonesia. 

Baca Juga: Kapolri Listyo Ajak Ojek Online Bersinergi Jaga Kamtibmas

Luas total lahan yang memiliki potensi tambang diperkirakan mencapai 2.171.490 hektare atau sekitar 56,94% dari luas wilayah provinsi. Tentunya penerapan prinsip-prinsip berkelanjutan menjadi tantangan juga kesempatan bagi provinsi Sulawesi Tenggara.

Ekoteologi adalah konsep beragama yang mendekatkan penganutnya dengan alam lingkungan dengan maksud untuk lebih memahami hubungan positif timbal balik. Dalam ajaran Islam, mengenal adanya tiga hubungan, Hablun Minallah, Hablun Minannas dan Hablun Minal Alam’ (hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan manusia, hubungan dengan alam).

Baca Juga: Kapolri Listyo Ajak Ojek Online Bersinergi Jaga Kamtibmas

Pada Hablun Minal Alam’ manusia adalah bagian dari alam semesta maka wajib untuk menjaga hubungan baik dengan alam lingkungannya, bahkan dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 30: “Sesungguhnya Aku menjadikan manusia sebagai khalifah”. Jelaslah bahwa sebagai khalifah, manusia harus mampu menjaga lingkungan hidupnya.

Halaman:

Tags

Terkini