Sulawesinetwork.com - Muhammad Raihan Firmansyah, siswa kelas 11 di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 26 Makassar sempat terbentur realita nyaris putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarganya yang kian sulit. Ia adalah anak kedua dari lima bersaudara, adik-adiknya masih kecil.
Sementara itu, ibunya bekerja jadi pengupas bawang dengan upah Rp1.000 per kilogram dan ayahnya membuka bengkel yang pendapatannya tak menentu sehari-hari. Namun, kini harapan mulai tumbuh dalam dirinya setelah ia bisa belajar di Sekolah Rakyat.
“Saya tidak kebayang akan sekolah lagi, karena memang keadaan ekonomi keluarga saya lagi sulit,” kata Raihan ditemui di rumahnya di Makasar, Jumat (11/9).
Baca Juga: Gerakan Pangan Murah di Sinjai Diserbu Warga, Harga Sembako Lebih Terjangkau
Raihan bercerita penghasilan ayahnya membuka bengkel tak menentu karena belakangan sepi pelanggan. Akhirnya, penghasilan sang ibu dari mengupas bawang pun jadi andalan keluarga.
Sehari-hari, Raihan serta kakak-adiknya pun membantu sang ibu mengupas bawang. Pekerjaan dimulai sejak subuh dan biasanya baru selesai malam. Jika beruntung, dalam satu hari mereka bisa mengupas 40 kilogram bawang yang berarti akan mendapatkan upah Rp40.000.
“Ibu saya bekerja sebagai pengupas bawang satu kilonya itu Rp1.000, biasanya saya bantu sama adik-adik,” ujar Raihan.
“Misalnya dari subuh saya bantu bawakan bawang ke rumah, terus kupas bersama-sama sampai selesai. Biasanya jam 3 sore atau malam. Dibawa ke bos, karena bos yang suruh kupas. Habis dikupas, bos bikin bawang goreng,” lanjutnya.
Kini, Raihan memang tak bisa lagi membantu ibunya mengupas bawang karena bersekolah di SRMA 26 Makassar. Ia kerap rindu dengan keluarganya di rumah. Namun, dia juga bahagia karena bisa belajar dengan baik dan menatap masa depan.
Baca Juga: BUMD Sulsel Gandeng Vingroup, Gubernur Andi Sudirman Sulaiman: Langkah Penting Transisi Energi Hijau
Ia senang karena bisa bertemu teman-teman baru dan makan bergizi tiap hari. Di Sekolah Rakyat, ia mengikuti ekstrakurikuler badminton yang merupakan olahraga favoritnya.
“Bagus. Lengkap, ada meja belajar, kipas, tempat tidur nyaman,” tuturnya.
Dulu, Raihan bercita-cita jadi dokter, tapi sekarang mau jadi polisi. Ia ingin ikut andil menciptakan kenyamanan dan ketertiban masyarakat dengan menangkap para pelaku kriminal.