Sulawesinetwork.com - Tiga pemuda asal Sulawesi Selatan, yakni Fajar Hidayat Asbar, Tasman Ambar Mattuliang, dan Imran Fajar, menginisiasi dan mengirimkan gagasan tentang metode pendidikan kaderisasi ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta.
Gagasan itu disusun sebagai tindak lanjut misi PSI dalam membangun kepemimpinan politik yang ideologis, terorganisir, dan terstruktur, sebagaimana tertuang dalam AD/ART PSI mengenai pendidikan kaderisasi.
Ketiganya merumuskan gagasan berdasarkan pengalaman pribadi.
Baca Juga: Gubernur Sulsel Deklarasi Damai Bersama Unsur Forkopimda Hingga Tokoh Masyarakat, Ajak Jaga Sulsel
Fajar Hidayat Asbar menilai pendidikan politik di Indonesia sering tidak relevan dengan kondisi aktual. Menurutnya, banyak partai lebih memberi ruang pada figur populer ketimbang kader berpengetahuan.
“Kaderisasi seharusnya memberi pemahaman mendalam tentang AD/ART, tujuan partai, dan kontribusi nyata bagi bangsa,” ujarnya.
Tasman Ambar Mattuliang, kader PSI yang sempat maju sebagai caleg di Bulukumba tahun 2019, menilai struktur PSI di Sulsel belum terorganisir baik. Ia mengkritik pendidikan kader yang belum dijalankan secara serius.
Baca Juga: Kejari Sinjai Gelar Gerakan Pangan Murah, Warga Antusias Borong Kebutuhan Pokok
“Kami sudah bosan dengan program partai yang hanya seremonial tanpa tindak lanjut yang nyata,” tegasnya.
Imran Fajar menyoroti hambatan budaya dan praktik politik uang dalam perekrutan kader.
“Modal finansial dan popularitas masih jadi tolok ukur. Akibatnya, wakil rakyat hasil pemilu jauh dari harapan, korupsi merajalela, prestasi minim,” jelasnya.
Baca Juga: Dari Bulukumba, Kapolres Hadiri Doa Bersama dan 1000 Lilin untuk Korban Kerusuhan
Surat penawaran gagasan tersebut telah mereka kirimkan langsung ke kantor DPP PSI di Jakarta.
Isinya berupa proposal metode kaderisasi setebal 60 halaman, yang disusun berdasarkan pemahaman AD/ART PSI, pengamatan kondisi politik dalam negeri, serta studi banding dengan praktik politik luar negeri.