hukrim

Kematian Misterius Diplomat Arya Daru: Kriminolog Forensik Ungkap Tanda Tak Wajar dan Dugaan Asfiksia!

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:35 WIB
Diplomat Kemlu RI, Arya Daru Pangayunan. (X.com/INAinOsaka)

Sulawesinetwork.com – Kasus kematian mendadak Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, masih menyelimuti publik dengan misteri.

Ditemukan tak bernyawa di kamar indekosnya pada 8 Juli 2025 dengan kondisi mengenaskan – wajah tertutup rapat oleh lakban – kematian Arya sontak menggegerkan.

Kini, seorang ahli terkemuka, Kriminolog Forensik Reza Indragiri, mulai menguak tabir di balik tragedi ini.

Baca Juga: Strategi Mendag Budi: Tarif 19 Persen AS Jadi Magnet Investasi dan Pendorong Ekspor RI!

Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube HOTROOM Metro TV pada Kamis, 17 Juli 2025, Reza Indragiri memaparkan analisis awalnya yang mengejutkan.

Ia menyoroti kemungkinan Arya mengalami asfiksia, yaitu kematian yang disebabkan oleh kekurangan oksigen parah di saluran pernapasan.

"Ketika saya menyimak pemberitaan bahwa almarhum meninggal dengan muka tertutup lakban, maka saya seketika teringat istilah 'asfiksiasi' yaitu seseorang meninggal akibat pasokan oksigennya yang habis di saluran pernapasan," jelas Reza.

Baca Juga: Tragedi Siswa SMAN 6 Garut: Gubernur Dedi Mulyadi Turun Tangan Mediasi di Tengah Isu Perundungan yang Mencuat

Lebih lanjut, Reza menegaskan bahwa kondisi wajah Arya yang tertutup lakban mengindikasikan adanya unsur non-alami di balik kematiannya.

Ini berarti, menurut Reza, kematian Arya kemungkinan besar bukan disebabkan oleh kondisi medis alami seperti asma atau penyakit paru lainnya.

"Dengan segala hormat, tampaknya bukan yang satu ini. Kenapa? Karena sekali lagi muka tertutup lakban. Jadi bukan sesuatu yang sifatnya alami dan wajar," terangnya, menyoroti kejanggalan pada temuan tersebut.

Baca Juga: Drama di Rinjani: Pendaki Belanda Dievakuasi Helikopter Usai Terjatuh, Kasus Kedua dalam Sepekan!

Tak hanya itu, Reza Indragiri juga menyarankan pihak kepolisian untuk membuka kemungkinan lain, termasuk skenario bunuh diri.

Kriminolog forensik ini mengungkapkan bahwa metode menutup saluran napas pernah digunakan oleh sejumlah individu dalam kasus bunuh diri.

Halaman:

Tags

Terkini