Sulawesinetwork.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lonjakan signifikan pada harga cabai merah dan cabai rawit di berbagai wilayah Indonesia.
Harga kedua komoditas ini bahkan menembus Rp180 ribu per kilogram di beberapa daerah, memicu kekhawatiran masyarakat dan pemerintah terkait inflasi pangan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa 36 dari 38 provinsi di Indonesia mencatat kenaikan indeks perkembangan harga (IPH) untuk cabai merah.
Baca Juga: Tega! Orang Tua Tinggalkan Jasad Bayi Sendiri di Rumah Sakit, Alasannya Karena Hal Ini
"Hingga minggu kedua Januari 2025, harga cabai merah mengalami kenaikan sebesar 34,55 persen dibandingkan Desember 2024," ungkap Pudji dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2025 di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat, Senin, 13 Januari 2025.
Wilayah dengan harga cabai merah tertinggi tercatat di Kabupaten Nduga, Papua, dengan harga mencapai Rp180 ribu per kilogram.
Pudji menjelaskan bahwa kenaikan harga terbesar terjadi di luar Pulau Jawa dan Sumatra, dengan rata-rata mencapai Rp53.457 per kilogram.
Baca Juga: Terungkap! Penjual Air Zamzam Palsu Raup 41 Miliar Dalam Setahun
Sementara itu, harga di Pulau Jawa menyentuh Rp52.421 per kilogram, dan di Sumatra rata-rata mencapai Rp48.148 per kilogram.
“Secara spasial, kenaikan harga cabai merah terlihat dominan di wilayah Sumatra, Jawa, dan Kalimantan yang ditandai dengan peta didominasi warna merah,” tambah Pudji.
Kondisi ini juga dialami oleh cabai rawit, yang harganya semakin melonjak. Pudji menyebut rata-rata harga tertinggi cabai rawit juga mencapai Rp180 ribu per kilogram, menjadikannya salah satu komoditas pangan dengan kenaikan harga tertinggi awal tahun ini.
Pemerintah bersama pihak terkait kini tengah mencari solusi untuk menekan kenaikan harga cabai yang terus berlanjut.
Langkah-langkah seperti stabilisasi pasokan, operasi pasar, hingga peningkatan produktivitas petani cabai di berbagai daerah sedang dipertimbangkan untuk meredam lonjakan harga.