info-sulawesi

Salaman dan Menundukkan Kepala: Simbol Sopan Santun dan Penghargaan

Senin, 9 September 2024 | 07:44 WIB
Bakal Calon Bupati Bulukumba, Jamaluddin M Syamsir saat mengunjungi korban kebakaran, Minggu 8 September 2024 (1ST)

Salaman adalah bentuk komunikasi non-verbal yang melibatkan berjabat tangan.

Baca Juga: Ritual Andingingi, Warisan Budaya Bulukumba yang Harus Terus Dijaga dan Dilestarikan

Dalam konteks sosial, salaman seringkali dianggap sebagai tanda persetujuan, kepercayaan, dan sikap terbuka.

Namun, saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, salaman bisa menjadi lebih dari sekadar bentuk sapaan.

Ini mencerminkan rasa hormat dan pengakuan terhadap pengalaman serta kebijaksanaan mereka.

Baca Juga: Belum Memenuhi Syarat, Bawaslu Bulukumba Maksimalkan Pengawasan pada Masa Perbaikan Dokumen Persyaratan Calon

Proses salaman juga menyiratkan kesetaraan dalam hubungan sosial, di mana kedua belah pihak menunjukkan rasa hormat satu sama lain.

Bagi banyak orang, salaman adalah kesempatan untuk menunjukkan keramahan dan kepedulian, serta menjalin hubungan yang lebih kuat dan positif.

Menundukkan Kepala: Gestur Penghormatan

Menundukkan kepala merupakan gestur sederhana namun kuat dalam menunjukkan penghormatan.

Baca Juga: Pesantren Gratis untuk Anak Desa Kahayya, Inisiatif Mulia Ipda Rahmat Kurniawan Diapresiasi Kapolres

Di banyak budaya Asia, terutama di Indonesia dan Jepang, menundukkan kepala adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua atau yang memiliki otoritas.

Ini bukan hanya tentang menghargai posisi sosial, tetapi juga menghargai kebijaksanaan dan pengalaman hidup yang dimiliki oleh orang tersebut.

Menundukkan kepala dalam konteks ini melibatkan sedikit membungkukkan tubuh ke depan, yang melambangkan kerendahan hati dan pengakuan terhadap superioritas seseorang.

Baca Juga: Satlantas Polres Bulukumba Gelar Bakti Sosial dan Donor Darah Jelang Hari Bhayangkara Lalulintas

Halaman:

Tags

Terkini