"Saya sempat diseret dan dikurung di kandang macan, susah buang air besar. Saya nggak kuat, akhirnya saya kabur lewat hutan malam-malam," kenangnya dengan sorot mata ketakutan.
Namun, kebebasan yang sempat dirasakannya hanya berlangsung singkat. Fifi kembali ditemukan dan justru menghadapi penyiksaan yang jauh lebih mengerikan.
Baca Juga: Hotma Sitompul Berpulang: Jejak Gemilang Sang Pengacara di Kasus Raffi Ahmad hingga Rizky Billar
"Saya disetrum di bagian kelamin, rambut saya ditarik, saya ngompol di tempat, lalu saya dipasung," ucapnya lirih, menggambarkan betapa hancurnya harga dirinya akibat perlakuan tersebut.
Penderitaan tak hanya berhenti pada kekerasan fisik dan psikis. Ida, korban lainnya, menceritakan bagaimana kecelakaan kerja yang dialaminya di Lampung tidak mendapatkan penanganan medis yang layak.
"Pinggang saya mulai bengkak, barulah saya dioperasi di Jakarta," tuturnya dari kursi roda yang kini menjadi teman setianya.
Baca Juga: Guru PJOK Bejat di Lumajang Diciduk! Pamer Alat Vital ke Siswi SD Lewat Video Call
Pengakuan para mantan pemain sirkus ini membuka tabir gelap praktik eksploitasi yang diduga terjadi di balik gemerlap hiburan.
Kisah-kisah mereka menjadi tamparan keras bagi industri hiburan dan penegak hukum untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para pekerja di sektor ini.
Audiensi dengan Wamenkumham ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mengusut tuntas dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dialami para korban dan memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali.
Jeritan pilu dari balik layar sirkus ini menuntut keadilan dan perlindungan bagi mereka yang selama ini hanya menjadi objek hiburan semata.(*)