SulawesiNetwor.com - Sejak kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak meningkat di Indonesia, banyak ibu-ibu di rumah yang khwatir akan buah hatinya.
Apalagi Gagal Ginjal Akut pada Anak, sangat rentan terjadi kepada balita berusia 6-18 bulan.
Sehingga banyak ibu-ibu yang merasa khawatir akan kondisi meningkatnya kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak.
Bahkan ada yang sampai membawa buah hatinya ke dokter untuk berkonsultasi agar tidak terjadi Gagal Ginjal Akut pada Anak-nya.
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Ini 5 Manfaat Buah Srikaya untuk Kesehatan
Nah untuk mencegcah lebih meningkatnya kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak di Indoensia, Kementerian Kesehatan sendiri telah mengeluar pedoman tata laksanakn dan menagamen klinis Gagal Ginjal Akut pada Anak.
Pedoman pencegahan Gagal Ginjal Akut pada Anak tersebut, diterbitkan Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tanggal 28 September 2022 dengan nomor: HK.02.02./2/I/3305/2022.
Tujuannya dari adanya pedoman itu, demi meningkatkan kewaspadaan dini sekaligus sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan penanganan medis kepada pasien gagal ginjal akut.
“Gagal Ginjal Akut pada Anak ini telah terjadi pada awal tahun 2022, namun baru mengalami peningkatan pada September. Sejumlah antisipasi telah kita lakukan termasuk melakukan fasilitasi dengan menyusun pedoman penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut pada Anak,” ungkap Plt. Direktur Pelayanan Kesenatan Rujukan dr. Yanti Herman, MH. Kes dikutip dari laman sehatnegeriku.kemenkes.go.id.
Baca Juga: Hati-Hati Soal Seks Bebas, Inilah Dampak Yang Wajib Kamu Ketahui!
Lebih lanjut, dr. Yanti menjelaskan bahwa secara keseluruhan pedoman tersebut memuat serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan lain dalam melakukan penanganan terhadap Pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal sesuai dengan indikasi medis.
Dimulai dari diagnosis klinis. Penegakan diagnosis untuk penyakit gagal ginjal akut pada anak diawali dengan mengamati gejala dan tanda klinis yang dialami pasien, salah satunya terjadi penurunan jumlah BAK (oliguria) atau tidak ada sama sekali BAK (anuria).
“Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi/penyaringan ginjal. Biasanya ditandai peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia dan/atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urine,” kata dr. Yanti.
Gagal Ginjal Akut diketahui menyerang anak dengan di rentang usia 6 bulan-18 tahun, paling banyak terjadi pada balita. Dengan gejala awalnya berupa infeksi saluran cerna dan gejala ISPA, gejala khas adalah jumlah air seni yang semakin berkurang bahkan tidak bisa BAK sama sekali. Pada kondisi seperti sudah fase lanjut dan harus segera dibawa ke Faskes seperti RS.