teknologi

Revolusi AI Berada di Ambang Peluang dan Ancaman Nyata bagi Masa Depan Karier Generasi Z

Senin, 25 Agustus 2025 | 14:25 WIB
Ilustrasi artificial intelligence (AI) yang menjadi peluang dan ancaman nyata bagi Generasi Z. (Freepik.com)

Sulawesinetwork.com - Masifnya penggunaan kecerdasan buatan (AI) di dunia kerja kini mulai menimbulkan kekhawatiran baru.

Generasi Z atau sering disebut Gen Z, khususnya mereka yang bekerja di bidang teknologi, disebut sebagai kelompok paling rentan terkena dampaknya.

Ekonom senior di Goldman Sachs, Joseph Briggs menegaskan revolusi AI kini berada di ambang peluang dan ancaman nyata bagi Gen Z.

Baca Juga: Kabar Baik dari OJK, Minta Bank Turunkan Bunga Kredit Seiring Penunrunan Suku Bunga Acuan

“Para pekerja Gen Z di bidang teknologi adalah yang paling berisiko digantikan oleh teknologi ini,” ungkap Briggs dikutip dari Times of India, pada Minggu, 24 Agustus 2025.

Meskipun pada tahun 2025 ini adopsi AI dalam lingkungan perusahaan global dinilai masih dalam tahap awal, namun dampaknya sudah terlihat jelas.

Menurut data Goldman Sachs, ancaman nyata terlihat dari tingkat pengangguran di kalangan orang berusia 20 hingga 30 tahun yang naik sekitar 3 poin persentase sejak awal 2025.

Baca Juga: Gubernur Sulsel Serahkan Rp13,5 M untuk Revitalisasi Stadion Turatea dan Infrastruktur Jeneponto

Briggs menyebut, kenaikan ini jauh lebih tinggi dibandingkan pekerja senior atau profesional di sektor lain.

Dampak lain yang terlihat adalah turunnya jumlah lowongan kerja. Data terbaru menunjukkan, lowongan untuk posisi pemula di sektor teknologi di Amerika Serikat (AS) turun 35 persen sejak 2023 lalu.

Kendati demikian, peluang dari revolusi AI kian tampak salah satunya dari strategi yang kini banyak dipilih Gen Z dengan mengikuti pelatihan intensif atau mengambil sertifikasi teknologi tertentu.

Baca Juga: Dilantik Bupati Bantaeng, Pengurus KKB Diharapkan Jadi Mitra Strategis untuk Majukan Daerah

Selain itu, semakin banyak Gen Z yang melirik jalur kewirausahaan. Dengan modal keterampilan digital, mereka mencoba membangun usaha sendiri untuk menghindari ketergantungan pada perusahaan besar.

"Namun, tak sedikit pula yang merasa pesimistis. Revolusi AI yang berlangsung cepat dipandang bisa semakin menyulitkan mereka membangun karier jangka panjang di sektor ini," terang Briggs.

Halaman:

Tags

Terkini